Monday, March 5, 2012

Aku ingat, saat itu hari begitu gelap. Yang terbangun sepagi itu sudah pasti ibuku [kebiasaan yang membuatku mencintai pagi], pembantuku, aku dan kakakku. Saatnya berkemas untuk latihan pagi. Hari itu adalah giliranku. Ayahku hanya memiliki satu sepeda motor yang hanya muat untuk mengangkut 2 anaknya untuk berlatih renang. Satu tempat sudah pasti untuk kakakku, karena ia perenang nasional dan satu lagi akan bergantian digunakan untuk aku, adikku atau kakakku yang lain. Sesungguhnya aku ingin menangis. Menjadi perenang itu bukanlah mimpi besarku. Aku tidak pernah menikmati saat dimana aku harus menempuh ribuan meter setiap harinya di dalam kolam renang yang dingin dan berbau kaporit. Tidak juga pada saat menerima medali. Aku ingin menjadi penari balet, bukan perenang.

Inilah salah satu cara Ayahku untuk menjadikan kami, anak-anak perempuannya, menjadi seorang laki-laki.

No comments: